Judul: Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin | Pengarang: Tere Liye | Penerbit: Gramedia Pustaka Utama | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan kedua: Oktober 2010, 256 halaman | Status: Owned book | Rating saya: 3 dari 5 bintang
***
"Daun yang jatuh tak pernah membenci angin."
Buku Tere Liye pertama yang saya baca. Buku ini 'nempel' gara-gara dulu (sudah lupa kapan tepatnya) melihat salah satu resensi pilihan Gramedia. Pas nemu, langsung dibeli.
Ngomong-ngomong, minggu kedua di bulan Januari saya ternyata dibuka dengan buku-buku yang bikin mewek (╥﹏╥)
Dulu saya kira buku ini bercerita tentang kemanusiaan. Ternyata romance ya. Tapi betul ada pelajaran tentang kemanusian dan kehidupan juga.
Cerita tentang dua anak pengamen kakak beradik. Yang kakak cewek bernama Tania, yang adik cowok namanya Dede. Kehidupan mereka berubah drastis menjadi lebih baik karena bertemu dengan seorang pemuda yang...ngg...luar biasa baik hati. Menyekolahkan dan mengasuh mereka hingga dewasa. Baik banget ya. Semoga saja orang sebaik itu beneran ada.
Ceritanya Tania jatuh cinta dengan pemuda malaikat itu. Kalau saya yang jadi Tania, saya rasa saya juga akan jatuh cinta dengannya. Pertanyaannya adalah apakah pemuda itu juga mencintai Tania yang usianya terpaut lumayan jauh dengannya?
Well, orang sebaik apa pun tetap tidak sempurna. Ini antara cinta dan pilihan rasional. Antara cinta yang harus dikatakan atau tidak. Kadang cinta memang harus dikatakan. Tapi kalau waktunya tidak tepat, semuanya bisa berantakan. Rumit memang.
Dan apapun pilihan yang kita ambil, keputusan apapun yang kita buat, itu akan berlangsung selamanya. Tidak ada cara untuk kembali.
"Tak ada yang perlu disesali. Tak ada yang perlu ditakuti. Biarkan dia jatuh sebagaimana mestinya. Biarkan angin merengkuhnya, membawanya pergi entah ke mana. Dan kami akan mengerti, kami akan memahami... dan kami akan menerima."
Perlu waktu memang. Tapi, ya, kita akhirnya harus menerima. Tak bisa menyalahkan siapapun. Tak bisa membenci siapapun. Seperti daun yang jatuh, yang tak pernah membenci angin.
Berat. Itu yang saya rasakan setelah membaca buku ini. Menerima apa yang kita sesali itu berat. Tapi toh tidak ada yang bisa kita lakukan selain terus maju dan menerima apa yang telah terjadi.
Buku yang bagus. Membuat saya menangis (lagi), merenung, dan belajar untuk menerima. 3 dari 5 bintang unutk buku ini. I liked it.
Awww.. pengen baca juga deh jadinya.. Tapi, menye2 yaa? hmm.. pikir-pikir lagi deh xD
BalasHapusYap, menye2...tapi bagus kok. Ayo dibaca aja :D
BalasHapusSempet nangis? Saya ngga sempet nangis di novel ini :D Tapi saya cukup juga sama novel ini :)
BalasHapusSalam kenal, kunjungi juga blog saya di adeliaayuuu.blogspot.com ya :)
Hehehe...iya. Ini salah satu alasan saya jarang baca romance, sedih dikit nangis :D
BalasHapusOkeh...segera meluncur ke blog mu. Salam kenal ^_^
yah kayaknya sad ending nih, dulu penasaran pengen baca gara-gara judulnya yang kece :)
BalasHapusYap, setuju, judulnya keren ^_^
BalasHapus