Hai teman-teman..selamat hari senin. Semoga hari ini berjalan dengan luar biasa baiknya ya XD
Di postingan ini, saya ingin menceritakan tentang acara Lomba Bercerita dan Pemilihan Duta Baca Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2020 yang dilaksanakan pada tanggal 11 dan 12 Maret 2020 kemarin.
Abaikan kesalahan cetak tanggal pelaksanaan di banner di atas XD
Lomba yang diadakan oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara ini secara resmi dibuka oleh Bunda Baca Kabupaten Hulu Sungai Utara, yaitu Drs. Hj. Anisah Rasyidah, MAP pada tanggal 11 Maret 2020. Dilanjutkan dengan sambutan yang disampaikan oleh Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kabupaten Hulu Sungai Utara, Hj. Lailatanur Raudah, S.Sos, M.Si. Beliau berdua sama-sama berharap acara lomba ini dapat meningkatkan minat baca di daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Lomba Bercerita....
Rangkaian acara lomba dimulai dengan Lomba Bercerita untuk pelajar tingkat SD/Sederajat. Total ada 25 peserta yang berpartisipasi. Menyenangkan sekali melihat semangat anak-anak ini dalam mengikuti lomba. Hampir semua dari mereka tampil dalam balutan busana daerah. Duh, tampan-tampan dan cantik-cantik semua anak mama, *eh*.
Menurut para juri, kriteria pemenang yang mereka cari adalah anak yang mampu membawakan cerita secara lepas, sebagaimana layaknya seseorang bercerita, bukan seperti orang menghapal.
Ada tiga juri untuk lomba bercerita ini, satu dari kalangan pustakawan, satu dari tenaga pendidik, dan satu orang sastrawan. Urutan tampil peserta dipilih secara acak dengan harapan semua peserta tetap stand by mengikuti rangkaian acara. Pengumuman pemenang pun diumumkan hari itu juga. Salut untuk para juri dan panitia yang sudah bekerja keras demi suksesnya acara ini.
Pemilihan Duta Baca.....
Keesokan harinya, acara dilanjutkan dengan Pemilihan Duta Baca. Saya ikut berpartisipasi dalam acara ini, ehehehehe, *ga nyadar umur*. Total ada 17 peserta yang ikut. Tes pertama yang harus kami lalui adalah tes tertulis untuk menguji keluasan wawasan kami secara umum dan secara khusus terhadap perpustakaan dan kegemaran membaca. Tes kedua adalah penyampaian visi misi jika terpilih sebagai duta baca ala ala pemilihan Putri Indonesia gitu. Dan tes terakhir adalah tes wawancara. Semuanya juga diselesaikan dalam satu hari. Wuiiih, para juri dan panitia memang hebat.
Dan alhamdulillah saya terpilih sebagai juara II alias runner up I. Jadi saya juga dapat selempang, yang membuat saya merasa kayak Putri Indonesia, ahaha, *dikeplak masa*.
Juara 1, 2 dan 3 wefie dengan salah satu dewan juri XD
#HSUGemarMembaca
Dan untuk itu, sejak hari itu, setiap postingan tentang buku saya di media sosial akan saya kasih tagar #HSUGemarMembaca. Terwujudnya masyarakat Kabupaten Hulu Sungai Utara yang gemar membaca adalah visi perpustakaan daerah kami yang akan disinergikan dengan kegiatan para finalis *yaelah finalis* Duta Baca HSU 2020.
Cewek-cewek yang di belakang adalah para finalis #DutaBacaHSU2020, cowok-cowok yang di depan itu salah sekian dari para panitia XD
My 1st Mission....
Dan misi saya pribadi adalah membuat para peminat baca di Kabupaten Hulu Sungai Utara untuk menyuarakan kegemaran membaca mereka. Karena selama ini mereka ada, tapi tak "bersuara". Mereka mengaku gemar membaca, tapi tak ada bukti. Oleh karena itu, saya ingin mengajak mereka untuk membuktikan kegemaran membaca mereka dengan "memamerkan" buku-buku yang telah mereka baca di media sosial. Boleh sebagai book blogger, bookstagram, booktuber, ataupun platform media sosial lainnya.
Saya memahami kenapa mereka tak bersuara karena saya pun demikian. Saya hanya berani cuap-cuap tentang buku di blog, Instagram dan Twitter karena saya tahu teman-teman se-Kabupaten saya basis media sosialnya bukan di sana. Mereka basisnya ada di Facebook dan WhatsApp, ahahaha.
Terus kenapa saya seakan-akan bersembunyi dari mereka? Alasannya adalah saya takut. Saya takut buku saya dipinjam dan kembali dalam keadaan rusak. Saya takut buku saya dipinjam dan tidak kembali-kembali. Karena saya sudah pernah mengalami keduanya dan itu membuat saya takut.
Duh aduh, saya jadi sedih sekali karena bukan hanya sekali dua kali saya mengalami hal itu. Parahnya lagi, yang dimarahi ortu saya adalah SAYA, bukan mereka. Karena ortu saya tahu bagaimana perjuangan saya untuk memiliki buku-buku itu. Saya hanya membelanjakan 1 persen dari jatah uang jajan waktu sekolah dulu supaya saya bisa menabung untuk membeli buku. Saya juga rela jatah uang untuk beli baju lebaran saya dialihkan hanya untuk membeli buku yang saya inginkan.
Dan mereka dengan seenaknya saja merusak buku-buku itu bahkan tidak mengembalikannya. Itu teman-teman, sakitnya bukannya hanya di hati, tapi juga di dompet, hiks.
Yeah, you can call me pelit tapi sebetulnya tidak kok. Saya sama sekali tidak keberatan meminjamkan buku-buku saya asalkan buku itu diperlakukan dengan baik dan dikembalikan kepada saya. Buktinya, saya pernah meminjamkan buku saya kepada Zelie @ Book-admirer yang tinggal jauh di Jakarta lewat proyek Buku Jalan-Jalan kami yang rekam jejaknya bisa kalian temukan di blog ini. Yeap, saya percaya dengan Zelie dan Zelie memang menjaga buku saya dengan baik.
My 2nd Mission....
Hal inilah yang membawa saya menuju ke misi pribadi saya yang kedua, yaitu, mengompori pemerintah dalam hal ini adalah pihak perpustakaan daerah agar memfasilitasi ketersediaan buku-buku murah yang berkualitas di Kabupaten Hulu Sungai Utara tercinta ini.
Tak bisa disangkal, alasan utama bungkamnya saya sebagai booklover di daerah saya sendiri adalah karena mahalnya dan sulitnya akses untuk mendapatkan buku-buku yang berkualitas, terutama buku fisik.
Benar sekarang banyak toko buku online tapi masalah ongkir yang begitu besar juga membuat saya garuk-garuk kepala. Jadi, kalau akses kepada buku-buku itu ada dan harganya murah, maka saya tidak akan begitu sakit hati jika buku-buku saya rusak atau hilang karena saya bisa mencari gantinya dengan lebih mudah dan murah.
Bukankah Pasal 48 dalam Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan menyebutkan bahwa Pembudayaan Gemar Membaca difasilitasi oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah melalui buku murah dan berkualitas, ehehehehe.
Tapi bukankah pemerintah sudah menyediakan buku-buku lewat perpustakaan daerah masing-masing. Yah, bagi saya, problem utama dengan buku perpustakaan adalah ada pada kata"pinjam" beserta dengan segala keterbatasan yang mengiringinya. Titik.
Tentunya sebagai seorang pecinta buku yang tinggal di daerah, saya sangat berharap daerah saya juga memiliki toko buku besar nan lengkap serta menjual buku-buku dengan harga murah karena subsidi dari pemerintah, *maunya*.
Komitmen kami sebagai bagian dari #DutaBacaHSU2020
At last, karena sekarang saya menjadi bagian dari #DutaBacaHSU2020 dan gerakan #HSUGemarMembaca, maka saya akan lebih menularkan virus gemar membaca ini khususnya kepada teman-teman saya di daerah Hulu Sungai Utara. Semoga program ini bisa sukses dan benar-benar memberikan hasil yang nyata. Aamiin. Mohon doanya ya teman-teman. Salam literasi!
***
"Terus kenapa saya seakan-akan bersembunyi dari mereka? Alasannya adalah saya takut. Saya takut buku saya dipinjam dan kembali dalam keadaan rusak. Saya takut buku saya dipinjam dan tidak kembali-kembali. Karena saya sudah pernah mengalami keduanya dan itu membuat saya takut."
BalasHapusTrue-story banget ini, dulu saya sering foto-foto quotes atau buku buku bagus di WA, dan teman2 saya selalu komen dan tertarik, hal itu membuat saya senang, tapi pas dia bilang "boleh pinjem gak?" suka agak keki gimana gitu, kadang dikasih pinjem pas balik kondisinya tidak seperti semula kadang jadi banyak lipatan, bahkan pernah saya kasih pinjem novel dunia sophie dua tahun lalu sampai sekarang belum balik lagi. :'
Btw, keren mbak dan selamat telah terpilih menjadi duta baca, semoga bisa jadi penggerak dalam peningkatan minat baca di kotanya. :D
Tuh kan, peminjam-peminjam macam mereka itu membuat kita takut yak, hiks.
HapusHihihi, terima kasih. Cuma terpilih sebagai juara II sih, ehehehe. Dan perjuangan untuk membuat mereka membaca itu memang berat, hahhah.
Selamat mbak ira, misinya perlu didukung nih biar semakin banyak orang membaca. Miris banget lihat orang yang malas baca. Makanya gampang terjebak hoak karena yang dibaca judulnya aja. Selebihnya dibiarkan begitu saja. Padahal bisa saja judul dan isi beda jauh.
BalasHapusSedih Mbak. Apalagi saya pernah dengar kalau orang-orang yang pandai ngomong lebih bermanfaat daripada yang kutu buku, hiks, jadi sedih banget.
HapusWaaaah selamat Mba Ira!!! Terpilih jadi duta baca. Btw aku pernah baca dimedia kalau Indonesia termasuk dg minat baca rendah.
BalasHapusSeneng deh ada yg kegiatan seperti ini. Dulu aku termasuk suka nogkrong di perpus. Tapi suka pilih2 sih bukunya... Hehehe
Semoga 'misi-misi' mebaca seperti ini bisa terus berkelanjutan
Memang rendah sih kalau menurut saya, hiks
HapusMasyaallah, bangga deh jadi teman Mbak Ira karena tetap ikut menyuarakan literasi meski sudah banyak aktivitas di sana-sini. Dan saya juga sangat merasakan apa yang dirasakan Mbak Ira, banyak yang pinjam tapi tak mengembalikan buku. Bahkan jika mengembalikan, bukunya sudah dalam kondisi rusak. Itu kayak diutangin tapi si penghutang enggak bayar2. Kezel.
BalasHapusBanget keselnya, hahhah. Pengin sih ikut memajukan literasi dengan meminjamkan koleksi-koleksi buku pribadi, tapi you know lah Mbak, kita yang di daerah perlu dana dan usaha ekstra untuk bisa membeli sebuah buku. Dan mereka yang kepingin pinjem itu dengan seenaknya merusak dan tidak mengembalikan buku yang mereka pinjam, haduh
HapusSelamat mba ira... Menjadi duta baca HSU... Semoga HSU semakin mantap. Ulun melihat amuntai sekarnag sudah jauh semakin berkembang sosial budaya dan segala halnya. Setiap membaca atau melihat tentang amuntai, selalu kangen pulang kampung.
BalasHapusWah, Mbak Putri orang Amuntai juga ya?
HapusWah selamat ya sudah terpilih jadi duta baca. Keren juga nih acaranya dinas perpustakaan HSU. Kalau di Banjar ada juga nggak ya program kayak gini?
BalasHapusKalau di lingkup Provinsi Kalsel ada Mbak. Kurang tahu kalau di lingkup Kotamadya Banjarmasin atau di Kabupaten Banjar ada atau nggak, ehehehe
HapusSelamat mbak ira, untuk juaranya.
BalasHapusKok kita sama ya mbak, sekedar males untuk meminjamkan, dengan alasan takut karena buku yang balik pasti ada yang rusak, apalgi lipatan lipatan kertas ketika menjadi pembatas suatu buku, huhu jadi mo nangis kalo ingat itu.
Semoga sejalan sama visi dn misi nya ya mbak, tetap semangat !!!!
Beneran nangis kalau lihat buku kesayangan kita rusak atau tak dikembalikan, hiks
Hapus