Tentang John Wood dan Room to Read...
John tidak tahu darimana dia mendapatkan dana untuk mewujudkan impiannya. Tidak setelah dia memutuskan untuk keluar dari Microsoft yang menyita hampir semua waktunya dan menjadi seorang pengangguran. Tapi ketika "setiap ada kemauan pasti ada jalan" menunjukkan dirinya, John tidak hanya dapat mengisi perpustakaan tersebut dengan buku, tetapi juga berhasil membangun ratusan perpustakaan dan sekolah di lima negara berkembang di dunia.
Setidaknya pengorbanan yang dilakukannya sebanding dengan perasaan yang dirasakannya saat melihat wajah berbinar anak-anak sekolah desa terpencil ketika melihat ratusan buku mengisi rak-rak perpustakaan mereka. Dia bilang rasanya seperti apa yang dikatakan Johan Wolfgang von Goethe tentang Simponi Kelima Beethoven,
Seandainya semua pemusik di dunia memainkan gubahan ini secare serempak, planet bumi akan lepas dari porosnya.
Pesan yang saya dapatkan setelah membaca Room to Read...
Buku ini diterbitkan pertama kali ditahun 2006. Diterjemahkan ke bahasa Indonesia tahun 2007. Buku yang berada ditangan saya ini adalah edisi baru yang diterbitkan pada April 2009. Buku yang baru bisa saya beli pada tanggal 5 April 2011. Baru sempat saya baca tanggal 27 April 2012, setelah terselip dengan menyedihkan diantara catatan-catatan kuliah, masih terbungkus rapi. Tidak akan terlihat seandainya saja tidak packing untuk kembali ke kota kelahiran karena masa studi di Banjarbaru sudah selesai.
Yang lebih menyedihkan lagi adalah ketika saya menyebut diri saya sendiri sebagai seorang pecinta buku, tapi tidak pernah memikirkan para pecinta buku lainnya diluar sana yang berharap dapat membaca lebih banyak buku namun mereka tidak mampu bahkan sekedar untuk melihat buku tersebut terpajang di raknya.
Padahal saya mempunyai banyak buku, banyak sekali buku, kalau dilihat dari penuhnya rak buku yang menjulang sampai kelangit-langit rumah dan beberapa buku yang terpaksa ikut menginap di lemari pakaian lantaran tidak ada tempat lagi.
Buku-buku saya masih dalam keadaan baik, masih terlihat seperti baru, bahkan untuk standar buku favorit yang dibaca berulang kali, dan mereka adalah harta saya yang paling berharga. Terlalu berharga sehingga saya bahkan tidak pernah ingin membaginya bahkan kepada teman-teman ataupun keluarga saya sendiri.
Meminjamkan kepada seorang teman sama artinya dengan meminjamkan keseluruh teman. Saya masih ingat dengan buku pertama yang saya beli dengan inisiatif sendiri (sebelumnya saya selalu bergantung dengan perpustakaan), saya meminjamkannya kepada teman sebangku saya, dan pada akhirnya ke teman-teman seluruh kelas, dan bukunya kembali kepada saya dengan sampul yang sudah terlepas dan lusuh. Ingin menangis saja rasanya. Buku kedua tidak bernasib lebih baik, harus memakai staples tambahan untuk mencegahnya agar tidak tercerai berai.
Meminjamkannya kepada keluarga lain lagi. Buku yang dipinjam sepupu saya tidak pernah kembali lagi, bahkan buku yang dipinjam oleh kakak saya sendiri lenyap entah kemana.
Membaca cerita John Wood membuat saya merasa jadi orang paling egois sedunia. Memang ada alasan dibalik sikap protektif saya terhadap buku. Tapi itu bukan alasan yang cukup untuk tidak mau berbagi dan membuat orang lain merasakan momen indah ketika kita selesai membaca sebuah buku dan menambah sepetak pengetahuan baru.
- Jika berkenan, follow blog irabooklover atau tambahkan di blogroll/bloglist/daftar bacaan kalian ;)
- Buat blog post yang berisi review buku.
- Jika berkenan, sertakan juga button/gambar #MondayReview di bawah ini di dalam postingan kalian dengan link menuju post ini XD
- Silakan tinggalkan link postingan kalian di kolom komentar post ini.
- Mari saling berkunjung ke sesama blogger yang sudah menshare book review-nya di hari Senin \^_^/