Bismillahirrahmanirrahim...
Hai..hai..berjumpa kembali kita di postingan berlabel Book Character di blog saya. Kali ini judulnya tumben yak tentang politik?, hihihi. Iya, soalnya tulisan ini saya buat dalam rangka mengikuti event bulanan komunitas Female Blogger of Banjarmasin, yaitu FBB Kolaborasi sekaligus mengikuti lomba blog yang diadakan untuk merayakan ulang tahun ke-4 komunitas ini yang jatuh pada tanggal 6 Oktober kemarin. Happy 4th Anniversary ya FBB, wish you all the best!, *peluk*.
Baca juga: Banjar Female Blogger Stories
Baca juga: Proyek Baca Buku Perpustakaan 2020
Pentingnya wanita berpolitik...
Nah, sebelum saya cuap-cuap panjang lebar tentang tema Suara Perempuan Dalam Dunia Politik dan apa hubungannya dengan buku (karena ini adalah blog khusus buku), saya ingin memastikan apa sih arti kata "politik" menurut kbbi.kemdikbud.go.id. Ternyata artinya adalah:
1. n (pengetahuan) mengenai ketatanegaraan atau kenegaraan (seperti tentang sistem pemerintahan, dasar pemerintahan): bersekolah di akademi --
2. n segala urusan dan tindakan (kebijakan, siasat dan sebagainya) mengenai pemerintahan negara atau terhadap negara lain: -- dalam dan luar negeri; kedua negara itu bekerja sama dalam bidang --, ekonomi, dan kebudayaan; partai --; organisasi --
3. n cara bertindak (dalam menghadapi atau menangani suatu masalah): --dagang; -- bahasa nasional
Oke, arti yang ketiga sepertinya cocok dengan apa yang ingin saya tuliskan ketika pertama kali mengetahui tentang tema lomba dan apa yang bisa menghubungkannya dengan dunia buku.
Ya, tema ini mengingatkan saya kepada dua orang karakter wanita dari buku yang baru saja saya baca. Yang satu memiliki kepercayaan diri dan keberanian yang besar untuk memastikan suaranya didengar. Yang kedua memiliki kebijaksanaan yang luar biasa sehingga bisa mengubah sifat sang tokoh utama yang awalnya badung menjadi manis dengan cara yang hanya bisa dilakukan oleh wanita sehingga semuanya merasa senang alih-alih sakit hati. Keduanya memiliki posisi yang tinggi di "lingkungan politiknya" masing-masing.
Siapa karakter-karakter buku yang saya maksud? Here we go!
Baca juga: The Help by Kathryn Stockett
Mrs Coulter dan kekuasaannya...
Mrs Coulter adalah karakter antagonis dari buku The Golden Compass karya Philip Pullman. Cantik, pintar, berambisi, serta memiliki keberanian dan kepercayaan diri yang luar biasa.
Baca juga: How to Win Friends and Influence People
Tidak mengherankan jika Mrs Coulter mampu membuat semua orang mematuhi keinginannya. Mulai dari anak-anak, cendekiawan, petinggi gereja, sampai raja beruang berbaju besi nun jauh di kutub utara sana.
Tak seorang pun bisa bicara. Mereka semua menatap, tiba-tiba tersipu. Mereka belum pernah bertemu wanita seperti ini; ia begitu anggun dan manis serta ramah sehingga anak-anak itu merasa nyaris tak layak menerima nasib sebaik ini, dan apa pun yang diminta wanita ini, mereka akan dengan senang hati menyerahkannya agar bisa berada di dekatnya sedikit lebih lama. ---The Golden Compass, hlm. 61
Karena Mrs Coulter digambarkan sebagai tokoh antagonis, jelas bukan sifat-sifat antagonisnya yang akan kita tiru ya, hihihi.
Baca juga: Teh dan Pengkhianat
Yang perlu digarisbawahi dari Mrs Coulter adalah hal-hal yang berhasil dicapainya karena dia berhasil menemukan cara agar suaranya didengar. Padahal sebelumnya, Mrs Coulter bisa dibilang berada di bawah bayang-bayang orang lain yang sama pintar dan berkuasanya dengan dia.
Mrs Coulter berhasil memperoleh dukungan lembaga yang paling berkuasa saat itu untuk melakukan sesuatu yang tampak mustahil, memerlukan biaya besar dan terletak jauh di kutub utara. Mrs Coulter tahu apa yang diinginkannya dan memiliki keberanian untuk mencapainya. Mrs Coulter memiliki kekuasaan dengan caranya sendiri.
Baca juga: Yes, You Can! by Ollie
Rita dan kebijaksanaannya yang mampu mengubah anak badung menjadi anak yang manis...
Rita adalah karakter pendukung dari buku Cewek Paling Badung Di Sekolah karya Enid Blyton. Rita memiliki posisi sebagai Ketua Murid dari asrama perempuan sekolah Whyteleafe.
Baca juga: Seri Kumbang oleh Enid Blyton
Di sekolah asrama Whyteleafe, ada murid baru yang kaya dan manja, sang tokoh utama, bernama Elizabeth Ellen. Elizabeth bertekad untuk menjadi anak paling badung di sekolah agar dia di keluarkan dan bisa pulang ke rumahnya yang nyaman lagi.
Hampir semua orang kesal dengan tingkah Elizabeth. Tapi tidak dengan Rita. Meskipun Elizabeth membuat kesalahan, Rita tetap ramah kepadanya.
"Ya, aku mengerti Rita," kata Elizabeth. Girang hatinya bahwa Rita berbicara dengan nada lembut padanya.---Cewek Paling Badung di Sekolah, hlm.216
Rita juga memberi kesempatan kepada Elizabeth untuk menceritakan alasan dibalik tingkah badungnya. Sikap Rita membuat Elizabeth sadar dan ingin mencontoh kebijaksanaan Rita.
"Ya, memang," kata Elizabeth. "Tetapi dalam waktu yang singkat itu telah banyak yang kupelajari. Alangkah baiknya kalau aku bisa bijaksana seperti engkau atau William." ---Cewek Paling Badung di Sekolah, hlm. 239
Sikap Rita yang tetap ramah kepada siapa saja meskipun dia adalah seorang murid senior dengan posisi ketua murid terasa menyenangkan. Kebijaksanaan yang dimilikinya juga menenangkan.
Kesimpulan...
IMO, kedua karakter wanita di atas memberikan contoh mengapa suara wanita perlu ada di dalam dunia politik.
Baca juga: Pemilihan Duta Baca Kabupaten Hulu Sungai Utara
Dari Mrs Coulter, saya mendapatkan pelajaran bahwa kita perlu memperdengarkan suara kita kepada orang-orang yang memiliki kekuasaan. Apalagi jika yang berkuasa itu dari pihak laki-laki, *eh*.
Karena sebesar apapun empati yang dimiliki oleh kaum lelaki kepada kaum wanita, mereka tetaplah laki-laki bukan wanita. Mereka tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya saat kaum wanita "dibungkam suaranya".
Baca juga: Animal Farm by George Orwell
Dari Rita, saya mendapatkan pelajaran bahwa wanita lebih mudah mendengar dan didengar oleh sesama wanita. Rita perlu ada untuk mewakili suara dari asrama perempuan. Sejajar dengan posisi William yang mewakili suara dari asrama laki-laki sebagai ketua murid.
Elizabeth jelas lebih mudah "curhat" kepada Rita daripada kepada William. Dan Rita akhirnya bisa menemukan alasan dibalik sikap badung Elizabeth dan menemukan solusinya.
So, wanita perlu berpolitik agar ada yang memperjuangkan hak-haknya. Agar bisa menjadi perwakilan bagi wanita lain. Agar para wanita lain bisa menyampaikan aspirasinya dengan lebih nyaman sebagai sesama kaum hawa.
Daaaan juga sebagai pengingat bagi kaum laki-laki yang mungkin terlena dengan kekuasaan yang diberikan langsung oleh Tuhan kepada mereka. Bagaimanapun versi praktiknya yang benar, saya rasa melarang wanita untuk berkembang atau memperlakukan wanita layaknya "budak" bukanlah diantaranya.
Baca juga: Mom, Are You Happy?
Oke, itulah pendapat saya tentang pentingnya wanita berpolitik. Bagaimana dengan kalian? Yuk dishare ;)