***
Judul: Escape, Please! | Pengarang: Rindang Yuliani | Penerbit: Wadah Baca Masyarakat Sanggar Caraka | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan Pertama, September 2019, 132 hlm, 17 cm | Rating saya: 3 dari 5 bintang
***
Blurb:
Escape, Please!
Banyak orang yang sibuk untuk mencapai produktivitas, tapi sebagian dari mereka merasa tertekan dan tidak bahagia. Bagaimana cara hidup santai dan bahagia tapi tetap produktif?
Escape, Please akan menjawab pertanyaan tersebut. Mulai dari fenomena hidup sibuk dan serba cepat di era modern seperti sekarang ini hingga kesimpulan bahwa hidup santai dan bahagia bukan berarti tidak bisa produktif.
Ada 19 pilihan kegiatan melarikan diri terbaik yang ditulis di buku ini. Apa saja? Silakan baca bukunya.
Berlarilah sesekali, kesibukan tidak akan mengejar. Karena semuanya menjadi tidak berarti jika kita tidak bahagia.
"Kalau kamu merasakan hidup tertekan karena kesibukan sehari-hari, tampaknya kamu butuh refreshing dengan membaca buku ini. Kamu tidak hidup untuk kepenatan, tapi sesungguhnya kamu perlu bersantai untuk kebahagiaan."
~Wakhid Syamsudin, ketua umum komunitas One Day One Post
Overview:
Buku pertama yang saya baca ditahun 2020.
Tema buku ini menarik...sangat menarik. Apalagi saya membacanya di saat sedang sibuk-sibuknya dengan pekerjaan. Dan ditengah himpitan deadline pekerjaan tersebut, saya mengambil resiko dengan mengikuti saran dari buku ini untuk rehat sejenak.
Dan taraaaaaaa, benar seperti yang dikatakan oleh buku ini, sedikit waktu yang saya "curi" untuk "melarikan diri" memang benar-benar bisa mengembalikan mood saya yang awalnya "terasa sesak" karena himpitan pekerjaan menjadi "lega" kembali.
Buku ini menyarankan 19 kegiatan yang bisa kita lakukan disaat kita memutuskan untuk "melarikan diri". Tapi saya rasa bisa saja lebih dari itu.
Intinya adalah temukan saja kegiatan positif yang bisa mengubah mood kita menjadi lebih baik yang dengannya dapat membuat kita kembali bersemangat saat dihadapkan kembali dengan rutinitas ataupun kesibukan yang terasa menghimpit.
Look:
Dari segi fisik, saya cukup senang melihat tampilan bukunya yang mungil dengan ketebalan yang tidak mengintimidasi.
Sampulnya yang mengambil gambar seorang wanita yang sedang santai membaca buku di pantai juga terlihat "segar".
Oh iya, saya juga sangat senang dengan bonus totebag unyu-nya. Kejutan kecil semacam mendapat bonus totebag ini ternyata cukup ampuh juga untuk membuat pembaca macam saya merasa lebih bahagia, haha.
Gaya Bahasa:
Dari cara "bertuturnya", saya merasa kurang sreg, *sungkem sama penulis dan editornya*. Saya rasa narasinya terlalu kaku, terutama di chapter-chapter awal. Terasa berbeda dengan tulisan Mbak Rindang yang pernah saya baca di buku Banjar Female Blogger Stories maupun tulisan beliau di blog pribadinya yang terasa lebih lepas dan mengalir, serta penuh dengan kata-kata indah yang wajib dikasih highlight.
Saya juga kurang sreg mengenai fakta-fakta ilmiah tentang hormon-hormon yang dapat membuat bahagia yang dituliskan berulang-berulang di setiap chapter.
Tapi positifnya, chapter-chapter tersebut sudah diawali dengan bagus. Setiap chapter diawali dengan contoh kasus kehidupan sehari-hari sehingga pesan yang dibawa oleh chapter tersebut bisa lebih dipahami oleh pembaca.
At last:
Untuk saya pribadi, buku ini sangat pas di baca di awal tahun 2020. Dimana sejak akhir 2019 kemarin sampai sekarang, saya masih dihajar oleh pekerjaan-pekerjaan berdeadline. Fenomena khas yang terjadi di kantor setiap akhir dan awal tahun.
Pesan yang dibawa buku ini seakan-akan menjadi oase. "Bisikannya" meyakinkan saya untuk tak ada salahnya rehat sejenak dari pekerjaan yang menghimpit agar kita bisa tetap waras dan bahagia di saat-saat sempit.
So, saya beri 3 dari 5 bintang untuk buku ini. Yeap, I liked it.