Setiawan agak menyesali dirinya karena terlalu keras membantah ibunya. Ia selalu menyesali sikapnya yang satu ini, sikap berterus-terang yang kadang-kadang menyakitkan hati orang lain
Selalu ia berusaha melunakkan sikap terus-terangnya itu, dan menempuh cara yang lebih bijaksana, walaupun mungkin dengan sedikit pemulasan kata-kata. Tapi di sini ia bertahan, ia tidak mau memulas kata-kata, karena kata berpulas, demikian pendiriannya, cenderung kepada kepalsuan. Dan Setiawan telah terlanjur memilih sikap terus-terang daripada bijaksana tetapi harus membohong.