***
Pertanyaan: Apakah semua orang dewasa susah dimengeri?
Jawaban: Tidak selalu. Tidak semua orang dewasa susah dimengerti. Mereka hanya tak cukup berani untuk bermimpi
---Rindu Purnama, hlm 343
irabooklover April 23, 2016 Non Review, Scene on Three No comments
"---tetapi sebelum aku sempat mengatakan apa-apa lagi, ruangan itu mulai menggelap. Bukan gelap seperti: gelap karena matahari menghilang di balik awan; atau gelap seperti: hei, itu awan badai yang dahsyat, jadi gelap deh; tidak juga gelap seperti: berani taruhan, seperti inilah rupanya gerhana matahari total. Gelap ini seperti sesuatu yang bisa disentuh, sesuatu yang padat dan berbentuk dan dingin."
(Interworld, hlm. 40)
irabooklover April 23, 2016 BBI Anniversary, Non Review 3 comments
Sekali lagi terima kasih untuk semua yang sudah berpartisipasi. Yang belum beruntung, saya doakan semoga beruntung di giveaway di blog BBI-ers lainnya ya.
At last, ini adalah post penutup saya untuk event ulang tahun BBI yang kelima. Semoga harapan-harapan baik kita untuk Blogger Buku Indonesia dikabulkan oleh Tuhan.
Sampai jumpa di acara ulang tahun BBI tahun depan ya. See yaaaa ;)
irabooklover April 15, 2016 BBI Anniversary, Non Review 47 comments
Oke segitu aja syaratnya. Semoga jelas ya, kalau belum jangan malu-malu untuk menanyakannya di kolom komentar ⃛ヾ(๑❛ ▿ ◠๑ )
Good luck and have fun on BBI 5th Anniversary \^_^/
irabooklover April 15, 2016 BBI Anniversary, Non Review No comments
irabooklover April 14, 2016 BBI Anniversary, Non Review No comments
Yap, ini post saya untuk hari ketiga posting bareng #HUT5BBI. Penasaran dengan bagaimana asiknya BBI menurut BBI-ers lain, yuk berkunjung ke sini.
Have fun on BBI 5th Anniversary \^_^/
NB: Video ucapan selamat ulang tahun untuk BBI.
irabooklover April 13, 2016 Non Review, Scene on Three No comments
Entah apakah aku sudah pernah menyebutkan bahwa Melintas ini sama seperti kecakapan apa pun yang kau miliki, yaitu bahwa aku menikmatinya. Rasanya menyenangkan, rasanya benar, menggunakan pikiranku untuk membuka Medan-Antara, untuk melintas dari dunia ke dunia ke dunia. Para jago catur bermain bukan demi uang, atau bahkan demi kompetisi --- mereka bermain karena mereka mencintai permainan itu. Para genius matematika mendapatkan kepuasan bukan dari berkebun --- mereka memainkan dan mengolah teori-teori yang sudah ada di dalam kepala mereka, atau mengkhayalkan bahwa Pi setara dengan bilangan yang tak terhitung banyaknya. Seperti pesenam yang sudah terlatih, kini setelah aku ingat akan kecakapanku, aku gatal ingin menggunakannya.
Aku tidak bisa membayangkan tidak pernah Melintas lagi seumur hidupku.
(Interworld, hlm. 181)
irabooklover April 13, 2016 BBI Anniversary, Non Review No comments
***
Kepada Mas Ahmad Fuadi,
Saya sudah membaca novel Negeri 5 Menara jauh sebelum saya mempunyai blog buku, sehingga kesan pertama saya setelah membaca novel tersebut tidak terekam di blog ini.
Tapi saya masih ingat, waktu itu, saya was-was karena Alif tidak berhasil memperjuangkan cita-citanya untuk menjadi insinyur. Alif seakan-akan kalah dengan menuruti kehendak Amak untuk belajar di sekolah agama.
Saya pernah berada di situasi yang mirip dengan Alif. Meskipun saya yakin orang tua saya tidak akan marah kalau saya menentang kehendak mereka, tetapi saya, meskipun terpaksa, memilih untuk menurut. Karena menentang berarti membuat mereka khawatir. Dan saya takut kekhawatiran mereka bergaung sampai ke langit dan berubah menjadi doa.
Oleh karenanya, saya menyatakan diri saya kalah, seperti Alif, dan bersiap melakukan apapun harapan orang tua kepada saya, dan mengubur impian saya sendiri.
Belakangan setelah menamatkan Trilogi 5 Menara, saya baru menyadari, kalau Alif ternyata tidak kalah. Keputusan Alif untuk mengikuti kehendak Amak benar adanya.
Kisah Alif, dengan mantra man jadda wajada, man shabara zhafira dan man saara ala darbi washala-nya, memberikan semangat kepada saya untuk kembali besungguh-sungguh, bersabar dan tetap fokus untuk meraih cita-cita tanpa menentang kehendak orang tua. Meskipun jalan yang dilalui tampak memutar dan lebih panjang, tapi jalan tersebut memberikan saya bekal untuk menuju muara yang saya impikan.
Jadi, terima kasih Sir. Terima kasih karena sudah menuliskan kisah pemberi semangat berlatar pondok pesantren dengan filosofi Islamnya yang keren. Pondok pesantren, tidak pernah tampak semenyenangkan ini. Sebelumnya, pondok pesantren selalu terkesan misterius dan kaku bagi saya.
Terakhir, semoga saya bisa selalu ingat dengan tiga mantra dari Pondok Madani. Semoga ketiga mantra itu selalu bisa menghasilkan "sihir ajaib" sebagaimana mestinya. Terima kasih selalu untuk Mas Ahmad Fuadi.
Salam,
Ira :)
***
Baiklah, ini surat terbuka saya untuk pengarang favorit. Untuk memeriahkan HUT ke-5 BBI, ayo kirimkan juga surat terbuka kepada pengarang favoritmu. Daaaaaaan....jangan lupa intip surat terbuka member-member BBI yang lainnya di sini ya ;)
Have fun on BBI 5th Anniversary \^_^/
irabooklover April 11, 2016 BBI Anniversary, Non Review 8 comments
irabooklover April 11, 2016 #bacabukuperpus, Grasindo, Margaret Silf, Short Stories, Spirituality No comments
"Alkisah, ada sebuah desa yang sedang dirundung masalah. Desa itu terkenal dengan penduduknya yang selalu bahagia dan komunitas mereka yang ramah dan bersahabat baik kepada teman atau pendatang.
Suatu saat tiba-tiba keadaan berubah menjadi kacau. Penduduk desa itu tanpa sebab yang jelas mulai berseteru satu dengan yang lain. Permusuhan timbul dari persahabatan dan kepercayaan yang ada selama ini, ...
...
Pendatang menjadi enggan untuk datang berkunjung ke desa itu. Penduduk pun menjadi terlalu sibuk dengan urusannya masing-masing sehingga desa itu perlahan-lahan menuju kehancuran" ----hlm. 137
irabooklover April 11, 2016 Bentang Pustaka, Books, Indonesian Literature, Riawani Elyta, Shabrina W.S. No comments
***
***
Judul: Ping! A Message from Borneo | Pengarang: Riawany Elyta dan Shabrina W.S. | Penerbit: Bentang Belia | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan Pertama, Maret 2012, 142 halaman | Status: Owned book | Rating saya: 3 dari 5 bintang
***
irabooklover April 04, 2016 #bacabukuperpus, Book Review, Family, Han Nolan, Psychology, Serambi, Spirituality, Young Adult No comments
"Aku bukan siapa-siapa! Siapakah kamu?" ----hlm. 9 "
Kebenaran harus menarik orang sedikit demi sedikit. Kalau tidak, semua orang akan menjadi buta." ----hlm. 211
Dia tersenyum dan aku membalas senyumannya sambil memikirkan kebaikan hatinya, lalu kebaikan Bibi Casey dan Kakek Opal. Aku kemudian berpikir mungkin saja cinta adalah hal paling benar dan yang paling nyata yang pernah aku kenal. ---hlm. 332
...aku pernah membayangkan suatu hari kelak, aku dapat melangkah keluar dari warna ungu yang melingkupiku dan menari sehingga orang-orang dapat melihatku, dan mereka akan mengerti diriku. Menurutku, kalau saja mereka dapat menontonku, mereka akan memahami semua perasaanku dan aku tidak harus mengatakan apa-apa. Kalau saja mereka melihatku menari. Namun tidak ada seorang pun yang melihatku. ---hlm 281
...aku akan bilang kalau dia meninggalkan kami. Dia melarikan diri. Dan kalau Dr DeAngelis bertanya bagaimana perasaanku ketika mengetahui hal tersebut, aku akan bilang ... aku tidak bisa berpikir lagi. Tidak, itu bukan hanya perasaan paling menyedihkan di dunia. Tapi juga kehampaan seperti yang selama ini aku rasakan. ---hlm 318
irabooklover April 03, 2016 Non Review, Scene on Three No comments
Pada hari Minggu yang cerah, ketika Dhinar sedang belajar di kamarnya, tiba-tiba dia dikagetkan suara dering ponselnya.
"Nomor asing", gumamnya setelah melihat nomor yang berkedip-kedip di layar ponselnya.
"Halo?"
"Halo! Dhin, ini gue, Flemming!" seru suara di ujung telepon.
...
"Ada perlu apa?" tanya Dhinar dingin.
"Memangnya kalau telepon harus ada perlu?" Flemming balik bertanya.
Dhinar mendengus. "Oh, nggak ada perlu, ya? Kalau begitu kututup."
"WOOOI!" cegah Flemming. "Gue yang telepon nih!"
"Lalu kenapa?" tanya Dhinar. "Telepon itu percakapan dua arah, kalau yang satu nggak setuju berarti nggak akan ada yang namanya percakapan."
(sHe, hlm. 99-100)
irabooklover April 03, 2016 #bacabukuperpus, Book Review, Family, Haru, Orizuka, Romance No comments
"Sebenarnya, aku sadar kalau kamu..., punya perasaan sama aku," katanya, membuatku terperanjat.
...
"Aku nggak bisa melarangmu, tapi..., aku juga nggak bisa membalasnya."
(The Chronicles of Audy: 4R, hlm. 192-193)
Apa aku harus melepaskan kuliahku dan kembali ke Serang? Cuti satu semester dan bekerja serabutan untuk mengumpulkan uang kuliah? Tapi, memikirkannya saja aku ngeri. Kalau aku melakukannya, kemungkinan besar aku akan terjebak di situasi itu dan tak akan pernah kembali lagi ke sini. Dan orang tuaku..., mereka tak akan pernah belajar. ---hlm.40
Apa aku akan berakhir di kota tempat keluargaku berada, dan tua di sana tanpa bisa meraih cita-citaku? ---hlm. 51
... Rex tampak memunggungiku, duduk menghadap meja belajarnya yang penuh akan buku yang terbuka. Dia memang murid kelas dua belas, tapi apa harus dia melakukan semua ini sepanjang waktu? Tidak bisakah dia bersikap seperti cowok remaja kebanyakan, main game atau baca majalah pria, misalnya? ---hlm. 203
..., aku bersyukur memiliki orangtua seperti Ayah dan Ibu. Mereka belajar dari kesalahan dan rela berubah demi anak-anaknya. Aku harap, Ayah tidak terlalu mengkhawatirkan aku lagi dan fokus dengan usaha barunya. Di sini, aku akan berusaha sama kerasnya, lulus dengan nilai baik dalam enam bulan tanpa menyusahkan mereka, lalu mencari pekerjaan yang baik untuk membantu mereka keluar dari kemiskinan. ---hlm. 315
irabooklover April 03, 2016 Beyonders, Books, Brandon Mull, Fantasy, Noura Books No comments
Yang lain berusaha untuk melindungimu dari rasa sakit hati. Kebenaran bisa menjadi hal yang menyakitkan. Kita menghabiskan sebagian besar hidup kita melindungi diri kita sendiri dari kebenaran dan juga menutupinya dari orang lain. Kita menggunakan kebohongan untuk mengurangi kegetiran hidup. Kita memimpikan hari esok yang lebih baik. Kita bersembunyi dari penyesalan dan memangkas keburukan. Kita bahkan berusaha bersembunyi dari kenyataan yang tak terhindarkan bahwa cepat atau lambat kita dan semua orang yang kita cintai akan mati.
(Chasing the Prophecy, hlm. 236)
irabooklover April 03, 2016 Beyonders, Books, Brandon Mull, Fantasy, Noura Books No comments
irabooklover April 01, 2016 Bentang Pustaka, Dewi Lestari, Posting Bareng BBI, Romance 4 comments
Sepeninggal istrinya, Adri kembali menatap teve dengan pandangan kosong, seperti yang ia lakukan sedari berjam-jam yang lalu. Di dalam kepalanya ada program yang berjalan sendiri. Kenangan, pertanyaan, lamunan tentang satu orang. Keenan.
Keenan ... di mana kamu sekarang, Nak? Bertahun baru di mana? Apakah kamu kesepian? Kelaparan? Kedinginan? Dan ia hanya bisa menyapa dan menanyakan itu semua dalam hati. Dalam kesunyian. Dalam ketidadaan.
Setengah mati, Adri berusaha menahan. Hingga pada satu titik rasanya tidak lagi tertahankan. Dan sebutir air mata pun bergulir di pipinya.
(Perahu Kertas, hlm. 215)