***
Judul: Banjar Female Blogger Stories, karena semua wanita bisa berkarya| Pengarang: Ruli Retno, Eny Kadinda Aprilya, Hairun Nisa, Aswinda Utari, Rindang Yuliani, Nailiya Nikmah JKF, Antung Apriana, Latifika Sumanti, Siti Zulaeha, Mia Yunita, Fatimah Aqila | Penerbit: Zukzez Express | Edisi: Bahasa Indonesia, Cetakan |, Banjarbaru, Februari 2019, 208 halaman | Beli di: Online @ Mba Antung Apriana | Harga: Rp60.000,- + ongkir Rp15.000,- | Tanggal beli: 8 April 2019 | My Rating: 4 dari 5 bintang
***
Blurb:
"Kata siapa aku tidak rindu bekerja? Rindu itu bisa aku abaikan karena ada skala prioritas."
"Aku lelah, aku ingin bekerja."
"Aku menghabiskan waktu dengan menulis di blog."
"Menulis adalah salah satu kegiatan yang dapat membuatku tetap waras dalam aktivitasku yang padat setiap hari."
"Ya, aku seorang blogger meski belum pernah aku cita-citakan sama sekali."
"Aku berkomitmen untuk membagikan tulisan yang berfaedah. Aku ingin bermanfaat buat orang lain melalui tulisan."
"Nge-blog itu kepuasan batin bagiku."
"Melalui kegemaran menulis plus fotografi mudah-mudahan aku bisa menyempatkan diri mengabadikan momen-momen
spesial dari budaya Banjar."
"Salah satu pengusaha majalah travel ingin memuat tulisanmu di blognya, nanti blogmu dicantumkan."
Begitulah sebagian di antara sekian celoteh kami. Kami adalah para blogger perempuan yang sebagian besar tidak pernah bertemu sebelumnya. Belum saling mengenal tapis memutuskan untuk berkumpul dalam satu wadah yang dengan keputusan bersama kami beri nama Female Blogger of Banjarmasin.
Kami begitu berisik kalau sedang berkumpul di dunia maya. Segala hal bisa saja menjadi trending topic di grup mulai urusan skincare, parenting, travelling, food, fashion, ekonomi, sosial, kesehatan, film, dan buku tentu saja! Eits, jangan dikira kami sekadar komunitas rumpi. Sebagian rahasia kami bisa kamu baca di sini.
Begitulah sebagian di antara sekian celoteh kami. Kami adalah para blogger perempuan yang sebagian besar tidak pernah bertemu sebelumnya. Belum saling mengenal tapis memutuskan untuk berkumpul dalam satu wadah yang dengan keputusan bersama kami beri nama Female Blogger of Banjarmasin.
Kami begitu berisik kalau sedang berkumpul di dunia maya. Segala hal bisa saja menjadi trending topic di grup mulai urusan skincare, parenting, travelling, food, fashion, ekonomi, sosial, kesehatan, film, dan buku tentu saja! Eits, jangan dikira kami sekadar komunitas rumpi. Sebagian rahasia kami bisa kamu baca di sini.
My Review:
Banjar Female Blogger Stories, dari judulnya mungkin kalian sudah bisa menebak kalau buku ini adalah kumpulan cerita dari para blogger perempuan dari Banjar. Banjar di sini maksudnya adalah orang-orang Banjar yang ada di Kalimantan Selatan. Dan blogger perempuan yang dimaksud di sini adalah para blogger perempuan yang tergabung di dalam komunitas Female Blogger of Banjarmasin (FBB).
Ada sebelas cerita dari sebelas blogger FBB yang berpartisipasi. Dan komentar saya setelah selesai membaca buku ini adalah, it was a brilliant job!, saya merasa sungguh terinspirasi. Ngomong-ngomong, ini adalah komentar jujur saya sebagai seorang pembaca, bukan komentar saya sebagai anggota FBB dalam rangka promosi (⌒˛⌒)
Nah, saya akan me-review ceritanya satu persatu saja supaya isi postingan ini lebih panjang, *ditimpuk pakai buku*. So, check this out!
--- 1. Bonus Kehidupan oleh Ruli Retno ---
Hal yang terus bergaung di kepala saya saat membaca Bonus Kehidupan adalah "kalimatnya bagus-bagus". Banyak sekali post-it yang saya tempel untuk menandai kata-kata bijak yang ada di dalamnya.
Seperti judulnya, Bonus Kehidupan memang menceritakan tentang...errrr...bonus kehidupan, *dikeplakbareng*.
Di sini Mbak Ruli menceritakan tentang apa pekerjaan impiannya. Tentang nyinyiran orang-orang tentang profesinya sebagai ibu rumah tangga. Tentang bagaimana hal itu tidak menghentikannya untuk bisa berkarya. Tentang cara beliau mencari jalan agar bisa bermanfaat melalui kegiatan-kegiatan sosial yang beliau sukai (termasuk cikal bakal terbentuknya FBB). Dan bagaimana akhirnya dia mendapat bonus kehidupan di setiap proses itu. Yeap, setidaknya itulah hasil rangkuman sotoy saya terhadap kisah dari Mbak Ruli ini.
Sangat menginspirasi, ya, terutama di bagian cara menghadapi nyinyiran orang-orang, wkwkwk. Meskipun kita sudah menjalani hidup sesuai standar orang kebanyakan, saya rasa, nyinyiran-nyinyiran itu akan tetap ada. Tinggal kita yang harus pandai-pandai menyikapinya.
Dan berikut adalah kutipan-kutipan favorit saya dari kisah Mbak Ruli. Sebenarnya ada beberapa kutipan lagi yang saya kasih post-it karena---seperti yang sudah saya bilang di atas---kalimatnya bagus-bagus. Tapi kalau saya cantumkan semua nanti kebanyakan. So, saya pilih yang tiga ini saja:
Kalau pengetahuan bisa dibagi untuk apa disimpan. ---hlm. 31
Ilmu sedekah, semakin banyak sedekah semakin banyak rezeki. ---hlm. 35
Tapi waktu tidak akan kembali, nasi sudah menjadi bubur maka makanlah bubur itu dengan nikmat daripada berharap kembali menjadi nasi. ---hlm. 37
-- Cerita Hati Sang Gadis Idola oleh Eny Kadinda Aprilya --
Setelah membaca cerita Mbak Ruli, ekspektasi saya terhadap cerita Eny adalah, yaaaa, semacam cerita sharing pengalaman seperti Mbak Ruli tadi.
Dan saya cukup kaget karena cerita Eny sedikit berbeda. Kalau saya beritahu apa bedanya, nanti kalian tidak merasakan kekagetan yang saya rasakan. So, silakan baca sendiri bukunya yak, hohoho, *mencari teman untuk ikutan kaget*.
Setelah membaca cerita Eny ini, somehow, saya jadi teringat teman saya yang selalu mengeluhkan hidupnya.
Dia langsung merasa terpuruk ketika melihat orang-orang yang dia anggap punya kelebihan yang tidak dia punya. Apalagi kalau kelebihan itu seakan menempel secara otomatis terhadap orang tersebut. Seperti orang yang dideskripsikan di dalam cerita ini:
Malaikat keberuntungan selalu berpihak kepadaku, dari aku kecil hingga aku dewasa terasa seperti mimpi. ---hlm. 55
Apa yang dia inginkan, saya rasa, ada di dalam sosok gadis idola yang diceritakan oleh Eny ini. Tapi coba lihat, bahkan untuk ukuran gadis yang selalu diiringi oleh malaikat keberuntungan pun, ada saja sesuatu yang tidak bisa gadis ini dapatkan.
So, saya rasa kesimpulannya adalah, syukuri apa yang ada, *baca dengan irama ala lagu Jangan Menyerah D'Masiv*. Dan seperti apa yang dilakukan gadis ini pula, jadikan "sumber kenangan pahit" sebagai motivasi untuk berkarya. Pesan yang manis untuk sebuah cerita. I liked it.
---Debu-debu Raksasa oleh Hairun Nisa---
Saya beri applause yang meriah untuk awal cerita dari Debu-debu Raksasa yang sukses membuat saya penasaran tentang ada apa gerangan dengan debu-debu ini.
Debu-debu Raksasa menceritakan tentang Eca (begitu biasanya beliau disapa), yang menjalani, ... errrr... semacam ujian untuk tetap bisa bertahan atau tidak dengan pekerjaan yang sesuai dengan passion hidupnya.
Susah memang untuk bisa bertahan dengan passion ini. Apalagi kalau pekerjaan itu sama sekali tidak dianggap "keren" di mata masyarakat. Terus kadang juga bukan hanya kita yang mendapat nyinyiran dari mereka, tapi orang tua kita juga. Kalau sudah begitu, sakitnya tuh di sini, *tunjuk hati*.
Saya sendiri beberapa kali harus melakukan manuver, *yaelah manuver*, agar semua pihak senang terkait dengan "pekerjaan yang sesuai passion" ini. *tetiba jadi pengin curhat, uhuk*.
Oke, kembali ke cerita Debu-debu Raksasa. So, bagaimana kelanjutan kisahnya? Berhasilkah Eca mempertahankan pekerjaan sesuai passion-nya. Ataukah dia harus menyerah dengan keadaan yang disetting-kan masyarakat untuknya? Yeap, silakan baca sendiri kisahnya di buku Banjar Female Blogger Stories,halaman 57-66, hohoho.
--- Ketika Menjadi Ibu Tidak Membuatku Bahagia oleh Aswinda Utari---
Cerita ini membuat saya penasaran, apakah riil 100% kejadian nyata, atau ada memuat sedikit bumbu-bumbu supaya ceritanya jadi tambah menarik, XD
Jadi ini cerita tentang seorang wanita yang tiba-tiba merasa tidak bahagia setelah menjadi ibu. Ada apa gerangan? Bukankah setelah dianugerahi buah hati seorang ibu seharusnya merasa bahagia?
Apa yang diceritakan oleh Mbak Aswinda ini, sedikit-sedikit mirip dengan apa yang saya alami. Tapi bukan di bagian "menjadi ibu yang tidak bahagia", melainkan di bagian bagaimana impian kita seakan terhenti karena situasi dan orang-orang terdekat kita "seakan" tidak mendukung impian itu. *tetiba jadi pengin curhat lagi*.
Yang saya paling saya suka dari cerita ini adalah tentang bagaimana solusi dari masalah "ibu yang tidak bahagia" ini ditemukan. Berawal dari sang suami yang membaca sebuah artikel. Yaa, meskipun yang dibaca di sini hanyalah sebuah artikel, tapi tetap saja, kata "membaca" itu seakan bersinar di mata saya dan itu membuat saya senang, haha, *booklover's problem*.
Kembali ke "masalah ibu" tadi. Bagi kalian yang mungkin merasakan hal yang sama dengan si ibu, maka saya rekomendasikan untuk membaca kisah ini. Mungkin solusi yang berhasil untuk ibu ini juga berhasil untuk kalian. Dan terima kasih untuk Mbak Aswinda yang sudah memilih kisah ini untuk dishare di dalam Banjar Female Blogger Series. Two thumbs up!
---Menulis Itu Mengesankan oleh Rindang Yuliani---
Banyak hal familiar yang saya temukan ketika membaca kisah dari Rindang. PKM, SGO, FLP, buletin kampus, adalah aktivitas-aktivitas kampus yang diceritakan oleh Rindang, yang juga pernah saya ikuti dulu, yang juga membawa kenangan manis tentang kehidupan kampus yang sepertinya sudah terjadi seabad yang lalu, haha, *ketauan tuanya*.
Yaaaa, kampus kami sama, fakultas MIPA Universitas Lambung Mangkurat. Hanya saja saya dari program studi Ilmu Komputer dan Rindang dari program studi Biologi. Dilihat dari tahun lahirnya, saya menduga-duga ketika Rindang masih menjadi mahasiswa baru, saya sudah menjadi mahasiswa sepuh, hihi. Tapi sepertinya kami pernah berada di kampus tersebut pada suatu rentang waktu yang sama. Mungkin kami juga pernah berpapasan.
Di kisah ini, Rindang menceritakan tentang passion menulisnya. Terasa sekali kalau Rindang memang jago menulis. Tulisannya juga mengalir lancar seperti air. Sama sekali tidak mengherankan. Karena kalau kalian baca cerita ini, "pengalaman menulis" Rindang sudah seperti PNS yang beberapa kali naik pangkat, *analogi apa itu*.
Saya juga menempelkan banyak post-it di cerita Rindang karena kata-katanya yang sungguh mengena di hati, *apa coba*. Satu yang paling saya suka adalah yang dikasih cetak tebal di halaman 109-110. Penasaran bagaimana bunyi kutipannya? Silakan baca sendiri kisahnya ya. Saya tidak ingin merusak kejutannya, hohoho.
Kisah ini sangat memotivasi saya untuk terus memperbaiki kualitas tulisan saya yang "aduhai" ini.
Saya anak MIPA tulen. Saya suka membaca, tapi saya kesulitan merangkai kata, baik lisan maupun tulisan. Saya tidak pernah menjadi murid favorit guru Bahasa Indonesia sejak SD sampai kuliah sekalipun. Saya sering berharap seandainya semua kata-kata di dunia ini bisa disingkat menjadi rumus-rumus supaya saya tidak perlu merangkai kata-kata yang panjang yang bisa menimbulkan salah penafsiran.
Lalu, kenapa saya menjadi seorang blogger? Well, ceritanya panjang. Mungkin saya akan menceritakannya nanti di sebuah post khusus.
At last, untuk kalian yang sedang butuh motivasi untuk rajin menulis, bacalah kisah Rindang ini. Sangat mengesankan, seperti judulnya ;)
--- Pada Akhirnya Semua Akan Pergi, Kecuali Kenangan oleh Nailiya Nikmah JKF ---
Sebelum membaca buku kumpulan cerita ini, saya menontong Coco, sebuah film animasi hasil kolaborasi antara Disney dan Pixar itu.
Bagi yang sudah pernah menonton Coco, kalian tentu tahu kalau film itu salah satunya adalah menceritakan kenangan tentang keluarga. Mirip seperti tulisan Mbak Nailiya ini.
Ngomong-ngomong, sepertinya nama Mbak Nailiya Nikmah ini sangat familiar di telinga saya. Apakah kami pernah bertemu di salah satu even FLP atau di mana gitu? Atau saya pernah membaca karya beliau di buku-buku? Atau kami pernah bertemu di Amuntai? hoho. Entahlah, nanti saya ingat-ingat lagi.
Oke kembali ke cerita kenangan. Kombinasi antara melihat film Coco dan membaca tulisan Mbak Nailiya ini, membuat saya langsung "gatal pengin nulis".
Paragraf ending dari kisah Mbak Nailiya ini juga semakin menguatkan keinginan saya itu. Penasaran bagaimana bunyi paragrafnya? Sekali lagi, silakan baca sendiri bukunya ;)
---Patah Hati yang Membuatku Menjadi Seorang Blogger oleh Antung Apriana---
Kisah dari Mbak Antung ini belum-belum sudah bikin baper. Tapi setidaknya patah hatinya bisa dialihkan ke hal yang positif.
Di kisah ini, Mbak Antung ada menceritakan tentang pertimbangan beliau antara memilih Wordpress atau Blogspot. Saya 100% setuju. Saya juga lebih suka Wordpress, tapi Blogspot lebih hemat, *eh*, *selfkeplak*.
Nah, bagi kalian yang mungkin sedang patah hati, cobalah kalian baca kisah Mbak Antung ini. Siapa tahu patah hatinya juga bisa terobati.
Dan bagi yang masih bingung mau ngeblog pakai Wordpress atau Blogspot, mungkin pengalaman Mbak Antung bisa dijadikan pertimbangan.
Semoga dengan membaca kisah ini, kalian lebih termotivasi lagi untuk menjadi blogger. Semangat (˘▿˘)ง
---Rinduku pada Si Anak-anak Tebu oleh Latifika Sumanti---
Membaca kisah Mbak Fika ini mengingatkan saya akan sebuah buku yang saya baca duluuuuuu sekali. Buku dari perpustakaan SD. Tentang anak-anak yang tinggal di sekitar perkebunan tebu juga. Sayang saya lupa judulnya. Saya jadi kangen dengan buku itu. Semoga bisa berjodoh lagi dengan bukunya.
Kisah ini menurut saya keren pake banget. Saya yang tidak tergabung dalam "komunitas" anak-anak tebu pun juga bisa merasakan kerinduan yang amat sangat terhadap masa kecil yang terdengar begitu sempurna itu. Apalagi kalau hal-hal yang ada di masa kecil tersebut sekarang tidak ada lagi. Duh, makin baper deh jadinya.
---Saat Jomlo Kronis Menikah Muda oleh Siti Zulaeha---
Hmmm... ada ketidaksamaan judul antara daftar isi dengan judul chapter. Tebakan saya, judul chapter yang benar. *sotoy mode on*.
Hmmm... lagi, kok jomlo bukan jomblo?, mungkin typo. Etapi kata jomlo ini bertahan sampai akhir, berarti bukan typo. Cusss langsung tanya kbbi dan google. Okeh, saya dapat pengetahuan baru. Terima kasih Mbak Leha ( ˘▽˘ÊƒÆª)
Terus lanjut baca baca baca, sampai ke bagian ini
Hei, Aku ini bangga menjadi seorang JOJOBA, jomlo-jomlo bahagia! ---hlm. 166
Betul, menjomlo saja, yang penting kan bahagia? Mari bebaskan diri dari hubungan yang belum tentu kemana arahnya. ---hlm. 167
I'm jojoba and proud! ---hlm.168
Saya langsung ngakak baca ini, this was sooooo me. Toss dulu nih sama Mbak Leha (/˘▽˘)/\(˘▼˘\)
Meskipun alasan kami untuk menjadi jojoba berbeda, tapi teteup, kita sama-sama jojoba, haha. Menyedihkan mungkin bagi sebagian orang, tapi saya benar-benar bangga. Serius! (˘▿˘)ง
Saking terkenalnya saya sebagai jojoba, sampai-sampai teman-teman saya kaget ketika saya menikah. Mereka tambah kaget karena saya menikah dengan adik kelas saya.
Boro-boro pacaran, ngomong pun dulu kami tidak pernah. Kami begitu berbeda, suami saya termasuk geng populer sedangkan saya termasuk geng culun. Setelah lulus sekolah kami kuliah di kampus yang berlainan sehingga tidak pernah bertegur sapa. Saat berhasil menjadi PNS pun kami diterima di provinsi yang berbeda.
Bagaimana jojoba akut ini bisa sampai menikah dengan adik kelas yang nun jauh di mato itu masih menjadi misteri bagi mereka, hohoho.
At last, membaca kisah Mbak Leha ini membuat saya benar-benar senang. Senang menemukan sesama mantan jojoba, haha. Kalimat-kalimatnya juga terasa "segar" dan membuat saya senyum-senyum sendiri. I really liked it.
---Sang Introvert, Mengurai Aksara Meraih Asa oleh Mia Yunita---
Di kisah ini, Mbak Mia menceritakan tentang kegiatan menulisnya yang menorehkan banyak prestasi.
Membaca tulisan Mbak Mia ini membuat saya jadi pengin mencoba hal-hal baru di dunia booklovers yang sebelumnya tidak berani saya coba. Menjadi bookstagram dan booktuber, misalnya, haha. Entah kapan bisa terlaksana. Menjadi book blogger saja sekarang sudah penuh perjuangan untuk membagi waktu. Terkadang saya merindukan masa-masa saat menjadi jomblo pengangguran dulu.
At last, pesan penting yang saya tangkap dari kisah ini adalah untuk berani mencoba dan tetap terus mencoba meskipun pernah gagal. Keren!
---Travel Blogger, Why Not? oleh Fatimah Aqila---
Saya paling kagum sama yang namanya travel blogger. Perjuangan mereka untuk menulis suatu tempat untuk dimuat di blog itu menurut saya berat. Coba bayangkan, kita setidaknya harus jalan-jalan dulu sebelum bisa mengulas tempat itu di blog. Perlu waktu dan biaya yang tidak sedikit.
Etapi setelah dipikir-pikir, itu kan menurut saya yak yang lebih memilih untuk membaca buku di rumah ketimbang jalan-jalan. Buat para travel blogger yang lebih suka jalan-jalan, mungkin hal itu mudah saja. *nyadar sendiri*.
Terus seperti kata Fatimah di kisah ini, keuntungan dari seorang travel blogger adalah bisa dapat jalan-jalan gratis, sama seperti seorang blogger buku yang bisa dapat buku gratis (istilahnya dapat buntelan).
Sebenarnya saya juga senang pergi ke tempat-tempat yang indah. Tapi saya banyak malasnya. Saya masih lebih memilih menghabiskan waktu luang di reading nook dengan membaca timbunan buku saya yang berharga, ketimbang jalan-jalan keluar, *dikeplakpakaisandal*.
So, saya nunggu tulisan Fatimah saja di travel blog-nya. Karena seperti kata Derek Walcott: "I read, I travel, I become", haha.
***
Oke, itu dia kesebelas kisah yang ada di buku ini. Kesimpulan saya setelah membaca semuanya adalah saya semakin terinspirasi dan semakin semangat untuk terus berjuang menyediakan waktu untuk aktivitas blogging ini.
Buku ini juga cocok untuk kalian yang masih galau untuk memulai jadi blogger atau tidak. Insya Allah kalian tidak akan galau lagi dan langsung mantap untuk menjadi seorang blogger.
Kalau kalian masih bingung mau menulis apa, buku ini juga bisa memberikan solusi. Saya yang seorang blogger buku saja jadi pengin menulis macam-macam tema di luar topik saking banyaknya inspirasi tulisan dari kisah para blogger FBB ini.
Ngomong-ngomong, saya rada sedikit kebingungan saat membaca blurb-nya. Cara penulisan kutipan-kutipannya itu loh, seakan-akan diucapkan oleh satu orang saja. Padahal kutipan-kutipan itu diambil dari masing-masing kisah dari tiap blogger yang berbeda. Tapi itu mungkin derita saya saja sih, hahhah, *selfkeplak*.
So, 4 dari 5 bintang untuk Banjar Female Blogger Stories. I really liked, yes!
*** BOOK GIVEAWAY ALERT ***
Nah, untuk menularkan virus blogger ini, saya memutuskan untuk menghadiahkan buku Banjar Female Blogger Stories milik saya ini dan satu buku lagi yang juga ditulis oleh para blogger (khususnya blogger buku) yang berjudul Aku dan Buku (klik di sini untuk detail buku) kepada satu orang pemenang beruntung.
Kondisi buku masih bagus dan masih layak baca. Hanya saja bukunya sudah saya kasih sampul plastik.
Cara ikutan giveaway-nya adalah dengan memberikan komentar di postingan ini tentang kritik dan saran yang membangun terhadap blog saya. Format komentarnya adalah dengan mencantumkan akun instagram kalian sebelum isi komentar. Contohnya:
@irabooklover - (....isi komentar kalian)
Kalau kalian hanya ingin komentar bebas tapi tidak ingin ikut giveaway-nya? Boleh juga kok XD. Untuk membedakannya dengan entry giveaway, kalian tidak perlu mencantumkan akun instagram kalian di komentar.
Jadi, komentar yang saya masukkan ke dalam peserta giveaway hanyalah komentar yang mencantukan nama akun instagram dan yang isinya tentang kritik dan saran yang membangun untuk blog saya.
Giveaway berlangsung dari tanggal 03 - 09 Juli 2019. Pemenang akan saya pilih secara acak. Pemenang akan saya umumkan di post ini juga yang akan saya update pada tanggal 10 Juli 2019. Pemenang yang beruntung akan saya hubungi via DM di akun instagram yang kalian cantumkan. So, jangan lupa untuk saling follow ya ... wish you luck! ;).
***
--- Update 10 Juli 2019, Pengumuman Pemenang Giveaway ---
Hai..hai saya kembali lagi ke sini, ahaha. Langsung saja ya, yang beruntung menjadi pemenang untuk giveaway ini adalah peserta dengan komen nomor:
Yeay...selamat buat @iqbalujang yang akan mendapatkan buku Banjar Female Blogger Stories dan Aku dan Buku. Tunggu kiriman bukunya yaaa \^^/
Yang belum beruntung, jangan kecewa. Tunggu giveaway saya selanjutnya, oke! See you!